Sehubungan dengan ajakan sebagian orang untuk melakukan riset terhadap capres-capres yang mana sebetulnya isi dari ajakan itu berisi pendukungan terhadap satu capres (sebut saja Jokowi) dan menjelekan capres yang lain (sebut saja Prabowo, lah kok nama asli semua) saya tertarik untuk melakukan riset dengan gaya saya sendiri.
Karena saya menyebut diri saya sendiri akademisi, sebagaimana saya klaim saya ini juga dosen (tertulis loh di KTP), tentunya akan meriset berdasarkan sesuatu yang tertulis, sumbernya jelas, bisa dipertanggung jawabkan. Berita adalah sumber tertulis, tapi semua orang bisa menulis berita apalagi bisa dibumbu-bumbui apalagi kalau ada pesanan tertentu maka berita apalagi media online tidak akan saya jadikan literatur.
Supaya objektif saya ambil dari visi misi saja. Walaupun salah satu lawan debat saya berkilah bahwa visi misi itu hanya buah pemikiran bukan murni dari hati dan jiwa tapi menurut saya yang tertulis adalah sesuatu yang bisa kita tagih pertanggung jawabannya dibandingkan hanya ucapan-ucapan timses, isu, kampanye negatif, atau prasangka. Ya.. kecuali kalau memang orangnya enggak amanah ya... mau gimana lagi :)
Saya akui saya tidak membaca secara keseluruhan visi misi kedua capres karena bahasanya berat, muter-muter, terkadang agak muluk-muluk, dan yang jelas sebagian besar memang bukan bidang yang saya pahami dengan baik. Untuk visi misi milik Jokowi-JK 42 Halaman sedangkan milik Prabowo ada 9 Halaman.
Dari gaya penulisannya visi misi Jokowi-JK ditulis dengan subjek penulis "Kami" dan ditulis dalam bentuk paragraf-paragraf sedangkan milik Prabowo-Hatta ditulis dengan subjek nama "Prabowo Hatta" dan hanya disebutkan satu kali, ditulis dalam bentuk poin-poin.
Yang pertama: Hal yang menarik dari Visi Misi Jokowi-JK
- Beberapa kali muncul kata maritim. Ini sangat menarik dimana negara kita yang merupakan negara kepulauan mempunyai potensi maritim yang sangat besar. Tinggal kemana arah penguatan karakter negara maritim ini, dan bagai mana mewujudkannya.
- Desentralisasi Asimetris. Maksudnya adalah melindungi kepentingan nasional Indonesia di kawasan-kawasan perbatasan, memperkuat daya saing ekonomi secara global dan membantu daerah-daerah yang kapasitas berpemerintahan belum cukup memadai dalam memberi pelayanan publik (Disini saya agak mumet, entah saya yang jarang membaca lalu kurang kosakata atau memang kata "kapasitas berpemerintahan..dst" ini agak janggal). Namun hal ini menarik bagi orang-orang yang didaerah apalagi ada disebutkan penataan kembali pembentukan daerah otonom baru yang lebih berorientasi kesejahteraan. Jangan lupa kalo udah jadi untuk nagih janji yang ini, supaya pembangunan ga melulu di Jawa lagi.. di Jawa lagi..
- "Kami akan pengutamaan pemakaian batubara dan gas untuk meningkatkan produksi listrik dalam negeri guna melayani kebutuhan rumah tangga dan industri". Lagi-lagi saya agak susah mencerna kalimat ini terutama pada "Kami akan pengutamaan..", tapi ini menjadi menarik karena jelas akan mengutamakan pemakaian batubara dan gas. Walaupun yang saya ketahui perusahaan batubara enggan menjual batubaranya ke PLN karena dibeli dengan harga murah. Tapi kalau beliau ini mampu menggerakkan perusahaan-perusahaan tersebut bukan tidak mungkin krisis energi teratasi
- "Kami akan melakukan revolusi karakter bangsa". Atau yang sering saya dengar di tipi sebagai revolusi mental. Ini tidak hanya dibutuhkan oleh Indonesia tapi juga seluruh dunia. Brilian. Hanya saja mungkin metode revolusi masih belum teruji. Mari kita telaah: "Untuk pendidikan dasar, pembobotan dilakukan dengan menekankan 70% substansinya harus berisi tentang budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik (bagian dari revolusi mental). Untuk pendidikan tinggi, 60% politeknik dan 40% sains". Sekali lagi maaf saya agak susah mencerna kalimat terakhir, mungkin pengetahuan tata bahasa saya agak kurang, tapi kalau saya coba pahami bahwa pendidikan dasar 70% budi pekerti, 30% sains. Untuk pendidikan tinggi 60% budi pekerti 40% sains. Untuk politeknik 40% budi pekerti, 60% sains. Saya ingin sekali mengetahui bagaimana bentuk pendidikan karakter yang bisa efektif dan bertahan dalam jangka panjang, kalau beliau ini sudah punya ahlinya, maka patutlah kita berharap banyak, walaupun saya sedikit tidak sepakat untuk pendidikan tinggi 60% budi pekerti. Yang sekarang aja susah mencapai target silabus dan kompetensinya apalagi kalo ditambahi harus mengalokasikan hanya 40% tentang materi sainsnya.
- Beberapa poin menyebut tentang membentuk POLRI yang profesional dan dipercaya masyarakat. Ini juga sudah diidam-idamkan oleh rakyat Indonesia dan tentunya POLRI sendiri. Masyarakat tentunya ingin tidak ada lagi pemerasan dijalan oleh oknum-oknum, juga tidak ada lagi proses interogasi dengan kekerasan ataupun pemaksaan untuk mengakui kejahatan yang tidak dilakukan. Jangan lupa nagih janji yang ini juga ya.
Sisanya saya sudah keblinger bacanya dan juga banyak hal-hal yang saya kurang mengerti, nah berikutnya kita bahas visi misi calon yang satunya.
Yang kedua: Hal yang menarik dari Visi Misi Prabowo-Hatta
- "Mengalokasikan dana APBN minimal 1 milyar rupiah per desa/kelurahan per tahun langsung ke desa/kelurahan.." Kalimat ini sempat jadi target empuk kubu seberang, bahkan ada yang nyeletuk "Entar jadi pada berebut pengen jadi lurah kalo dapet 1M". Ini terjadi karena tidak melihatnya secara utuh. kalo dilanjutkan pada poin ini disebutkan "Dana ini digunakan untuk program pembangunan pedesaan dan membangun infrastruktur untuk rakyat melalu 8 (delapan) Program Desa yaitu: Jalan, Jembatan... dst" Artinya tidak tiba-tiba masing-masing lurah dikasi 1 M untuk desa gitu. Yang menjadi pertanyaan bagi saya apakah APBN bisa mewujudkan ini? Mungkin nanti saya riset tentang APBN dan alokasinya dari tahun ke tahun dulu.
- "Memulai proses perencanaan pemindahan ibukota negara". Hal ini sudah menjadi wacana beberapa tahun belakangan ini. Masih banyak pro kontra, yang pro karena berpandangan Jakarta sudah terlalu sesak, yang Kontra karena pemindahan ibukota akan membuka lahan baru yang mana akan menghilangkan banyak hutan. Terlepas dari itu saya secara subjektif setuju tentang hal ini.
- "..mewajibkan kembali kurikulum matematika dan bahasa Inggris untuk sekolah dasar serta pendidikan anti korupsi". Saya sangat setuju untuk masalah ini, hanya saja implementasinya menjadi sulit kalau SDM gurunya kurang mampu mengeksekusinya. Di daerah tidak aneh ketemu guru tidak berkompeten, apalagi bahasa Inggris, lebih seringnya anak-anak disuruh ngerjakan LKS ketimbang meningkatkan mental mereka untuk berani bicara bahasa Inggris walaupun salah.
- "Memperluas konversi penggunaan BBM kepada gas dan energi terbarukan dalam pembangkit listrik PLN .. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air dan pembangkit listrik mikrohidro bagi pemenuhan listrik daerah-daerah terpencil." Disini berbeda dengan visi misi jokowi yang fokus ke batubara sedangkan disini konversi ke gas. Problemnya adalah pembangunan infrastruktur untuk melakukan konversi tersebut. Saya pribadi mengimpikan penggunaan tenaga nuklir, namun nampaknya sebagian besar rakyat Indonesia belum sanggup menerimanya, masih banyak ketakutan, apalagi kalau SDM pengelolanya kurang disiplin memang akan beresiko tinggi.
- "Mendirikan Bank Tani dan Nelayan". ini merupakan sesuatu yang baru, dan kalau dijalankan dengan benar tentu akan sangat membantu petani dan nelayan dalam hal permodalan. Semoga bukan sekedar kebijakan populis semata.
Sisanya saya keblinger lagi karena lagi-lagi memang banyak mengenai bidang yang saya kurang mengerti.
Visi misi kedua capres ini banyak mengutarakan hal-hal yang memang seharusnya jadi tanggungan negara, bukan hal yang baru, dan memang seharusnya seperti itu. Visi misi keduanya juga sama-sama indah jika bisa dilaksanakan dengan baik, yah.. namanya juga masa promosi.
Saya berusaha objektif mereview kedua visi misi ini, mungkin bagi yang kenal saya dan tau saya lebih cenderung milih siapa akan ngomong "Ah lebih mengunggulkan jagoannya ni reviewnya". Yah paling tidak ini usaha saya untuk objektif, untuk membuka mata tentang apa sih rencana mereka-mereka calon pemimpin bangsa ini terhadap bangsanya. Tidak sekedar menjelek-jelekan, menghina, memfitnah dan sebagainya.
Mirza Yogy Kurniawan ~(Calon) Dosen Teknik Informatika yang sok-sokan jadi Pengamat Politik